(1)
Jantung yang berdegup kencang, nafas yang berat, tubuh yang kaku, keringat dingin yang meluncur keluar, rasa gemetar yang luar biasa aku rasakan. Aku ingin keluar dari sini. Rasanya lebih baik jika aku loncat keluar dari mobil ini dibanding aku harus tetap disini. Apa yang harus kulakukan? apa yang harus kulakukan??!
Aku berada di kursi depan dalam Angkutan umum kota hijau di jawa barat. hanya bangku ini yang tersisa di menit terakhir menjelang waktu masuk sekolahku. Rasanya Angkot ini terasa lambat menuju sekolahku. Di pertengahan jalan di tempat yang dikenal sebagai industri keripik pedas di kota kecil ini seorang anak SMA naik dan duduk di bangku yang aku tempati. Bangku yang seharusnya hanya di tempati oleh 1 orang, namun bukan hal yang aneh di negeri ini jika 1 bangku ditempati 2 ato mungkin 3 orang. Dia tepat berada di sebelahku dengan bahu kanannya yang berada diatas bahu kiriku. Jantung yang berdegup kencang, nafas yang berat, tubuh yang kaku, keringat dingin yang
meluncur keluar, rasa gemetar yang luar biasa aku rasakan. Aku ingin
keluar dari sini. Rasanya lebih baik jika aku loncat keluar dari mobil
ini dibanding aku harus tetap disini. Apa yang harus kulakukan? apa yang
harus kulakukan??!. Dia yang membawa tas lusuh abu itu sungguh tidak tahu apa yang aku rasakan. Namun bahunya yang sedikit menindihku itu dia gerakkan hingga aku sedikit leluasa bergerak. walaupun sesungguhnya itu tidak berpengaruh apapun karena yang menyebabkanku begini adalah karna dia adalah seorang pria dan secara tidak langsung kami kontak fisik.
"Kiri!" siswa sma itu akhirnya turun menuju sekolahnya. Dan Aku masih mengatur nafas yang sangat berat ini. perasaan lega dan kembali merasa aman mulai aku rasakan kembali. Walaupun rasanya masih terasa sesak dan gelisah saat memikirkan yang tadi terjadi. Tidak ada yang tahu aku memiliki ketakutan terhadap lawan jenis ini. Hal seperti tadi akan terjadi jika aku disentuh oleh lawan jenis, atau aku akan segera bergerak cepat menghindari sentuhan dari mereka, sekalipun itu adalah kakak laki-lakiku atau ayahku sendiri. Aku selalu merasa takut saat ada pria yang merangkulku atau bahkan hanya bersenggolan. Hal itu akan membuatku merasa sangat tidak nyaman.
Aku mempercepat langkahku menuju kelas sambil mengatur nafasku yang masih terasa berat. "maya!" terdengar suara yang memanggilku dari arah kantin sekolah. Dia temanku Rosayanti atau kami memanggilnya dengan ocha. "kau baru datang?" tanyaku. "iyaa! aku telat bangun, kau juga?" jawabnya dengan terengah-engah. "Ah aku mandi terlalu lama jadi hari ini aku telat " Jawabku sambil tersenyum menyembunyikan perasaan takut tadi. Saat tiba di kelas ternyata guru kewarganegaraan yang seharusnya sudah tiba belum datang. Aku duduk di bangku kedua dari belakang di barisan ketiga dari pintu masuk. Disanalah aku memperhatikan setiap pelajaran yang diberikan pada guru dan mengamati seluruh perilaku teman sekelasku. Dan Disana pula awal aku bersahabat dengan Risna dan Julian. <bersambung>