Minggu, 28 Desember 2014

Androphobia

(1)
Jantung yang berdegup kencang, nafas yang berat, tubuh yang kaku, keringat dingin yang meluncur keluar, rasa gemetar yang luar biasa aku rasakan. Aku ingin keluar dari sini. Rasanya lebih baik jika aku loncat keluar dari mobil ini dibanding aku harus tetap disini. Apa yang harus kulakukan? apa yang harus kulakukan??!

Aku berada di kursi depan dalam Angkutan umum kota hijau di jawa barat. hanya bangku ini yang tersisa di menit terakhir menjelang waktu masuk sekolahku. Rasanya Angkot ini terasa lambat menuju sekolahku. Di pertengahan jalan di tempat yang dikenal sebagai industri keripik pedas di kota kecil ini seorang anak SMA naik dan duduk di bangku yang aku tempati. Bangku yang seharusnya hanya di tempati oleh 1 orang, namun bukan hal yang aneh di negeri ini jika 1 bangku ditempati 2 ato mungkin 3 orang. Dia tepat berada di sebelahku dengan bahu kanannya yang berada diatas bahu kiriku. Jantung yang berdegup kencang, nafas yang berat, tubuh yang kaku, keringat dingin yang meluncur keluar, rasa gemetar yang luar biasa aku rasakan. Aku ingin keluar dari sini. Rasanya lebih baik jika aku loncat keluar dari mobil ini dibanding aku harus tetap disini. Apa yang harus kulakukan? apa yang harus kulakukan??!. Dia yang membawa tas lusuh abu itu sungguh tidak tahu apa yang aku rasakan. Namun bahunya yang sedikit menindihku itu dia gerakkan hingga aku sedikit leluasa bergerak. walaupun sesungguhnya itu tidak berpengaruh apapun karena yang menyebabkanku begini adalah karna dia adalah seorang pria dan secara tidak langsung kami kontak fisik.

"Kiri!" siswa sma itu akhirnya turun menuju sekolahnya. Dan Aku masih mengatur nafas yang sangat berat ini. perasaan lega dan kembali merasa aman mulai aku rasakan kembali. Walaupun rasanya masih terasa sesak dan gelisah saat memikirkan yang tadi terjadi. Tidak ada yang tahu aku memiliki ketakutan terhadap lawan jenis ini. Hal seperti tadi akan terjadi jika aku disentuh oleh lawan jenis, atau aku akan segera bergerak cepat menghindari sentuhan dari mereka, sekalipun itu adalah kakak laki-lakiku atau ayahku sendiri. Aku selalu merasa takut saat ada pria yang merangkulku atau bahkan hanya bersenggolan. Hal itu akan membuatku merasa sangat tidak nyaman.
 
Aku mempercepat langkahku menuju kelas sambil mengatur nafasku yang masih terasa berat. "maya!" terdengar suara yang memanggilku dari arah kantin sekolah. Dia temanku Rosayanti atau kami memanggilnya dengan ocha. "kau baru datang?" tanyaku. "iyaa! aku telat bangun, kau juga?" jawabnya dengan terengah-engah. "Ah aku mandi terlalu lama jadi hari ini aku telat " Jawabku sambil tersenyum menyembunyikan perasaan takut tadi. Saat tiba di kelas ternyata guru kewarganegaraan yang seharusnya sudah tiba belum datang. Aku duduk di bangku kedua dari belakang di barisan ketiga dari pintu masuk. Disanalah aku memperhatikan setiap pelajaran yang diberikan pada guru dan mengamati seluruh perilaku teman sekelasku. Dan Disana pula awal aku bersahabat dengan Risna dan Julian. <bersambung>

Asa

hempaskan asaku yang sebesar langit
kau coba menukarnya dengan angin
angin dingin yang mungkin aku butukan
angin dingin yang coba menghempaskan

sebuah asa yg menemaniku tumbuh
sebuah asa yang melekat pada jiwaku
sengaja kau ambil
sengaja kau tarik

Angin dingin yang kau gantikan
Angin dingin yang kini ku genggam
Angin dingin yang kini menusukku

Rasa kosong dalam jiwa ini
Rasa sakit dalam hati ini
Aku korbankan demi bahagiamu

Aku tahu ini kesalahan
Namun aku juga tahu
Harapan besar ada padamu
walaupun kini tak ada yang tersisa dalam diriku
Ya.. dan kini tak ada yang tersisa

Kamis, 25 Desember 2014

bunga

aku adalah bunga yang kau hinggapi
bunga yang memberimu sari
bunga yang setia menunggumu kembali
hisaplah hingga aku berseri

aku adalah bunga yang kau hinggapi
bunga di tengah danau kering
tak bisa berpaling dari sayapmu
tak bisa hilang dari pandangku

aku adalah bunga yang kau hinggapi
disini bayangmu menemani
disini aku hampir mati
menunggumu kembali

Rabu, 24 Desember 2014

bersama air yang jatuh

bersama air yang jatuh membasahi tanah ini
aku berlari menggenggam harapan
parasmu yang tersenyum melihatku

bersama air yang jatuh membasahi hati ini
ku melihat tubuh tegapmu
namun kesedihan jelas tergambar di matamu
kesedihan yang tak bisa aku hapuskan
ingin memelukmu
ingin mendekapmu
ingin menghapus rasa sedihmu
namun apa dayaku?
ingatlah bahwa aku akan selalu menemanimu
ingatlah bahwa aku siap menjadi sandaranmu
jangan pikirkan hati ini
aku hanya ingin melihat kebahagiaanmu
aku akan berkorban hanya untukmu

Senin, 08 Desember 2014

Adalah Kamu

Pedihku bukan pedihmu
Hayalku bukan hayalmu
Sepiku bukan sepimu
Hampaku hanyalah tawamu

Aku berdiri di hadapmu
Tapi angkuh bersinar terhadapku
Aku ada dalam gaungmu
tapi hilang tatap suaramu

Aku berlari dalam langkahmu
Aku ada dalam sinarmu

Beri aku sedikit tawamu
Beri aku sedikit candamu
Beri aku sedihmu

Biar hanya aku yang tahu rasamu
Biarkan aku adalah kamu

Selasa, 02 Desember 2014

Ulang Tahun (II)

terbenam dalam senja.. itu janjiku..
sepenuh hati aku membuat garis bahagia itu
di hari ini.. hari ulang tahunmu..

namun saat aku membenamkan diri
Sang Pencipta menarikku kembali
membuat hati ini berbeda
semakin tinggi.. semakin dekat
disini.. di hati ini..
aku terikat kuat
terikat dalam takdir
takdir yang ingin kucapai sekaligus tenggelamkan
takdir yang kutunggu dan kuhindari
disini.. aku terikat

Minggu, 30 November 2014

Ulang Tahun

berjuang mendapat garis bahagiamu..
berlari mencapai batas hatimu..esok hari.. saat cahaya mentari naik
kebahagiaanmu akan naik mengikuti mentari
dan terbenam dalam dihati

ulang tahunmu..saat kau mulai terbenam saat itulah aku akan pergi
kau teman berharga yang sulit aku lepas
namun yang kurasa tidak kau rasa
maka aku akan pergi
percayalah aku memberimu seratus persen
aku tidak akan menyesal

di ulang tahunmu aku pergi..
bersama kepingan hati..